Entri Populer

Minggu, 04 Desember 2011

Interview Bersama Rocket Rockers yang mengaasyikan



            Eksibisi Doea atau Pensi yang setiap tahun diadakan disekolah kita, tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pada pensi yang diadkan tanggal 15-16 ini mengahdirkan bintang tamu yang Luar biasa diantaranya Rocket Rocers, The Titan, dan Mikki Minni. Dan saya ditugaskan untuk meliput Bintang Tamu Rocket Rockers atau yang sering disebut RoRo. Nah, berhubung Roro manggungnya sore, saya tak sempat mewawancarainya di sekolah. Jadi, saya pergi ke tempat dimana Roro istirahat. Awalnya saya gerogi karna mewawancarai sendirian, tapi setelah masuk ke ruangan itu, saya memulai dengan senyuman. 
Dan tau ga sobat? Sepanjang mewawancarai Roro, saya tak henti-hentinya tertawa karna tingkah yang dilakukan oleh personel-personel Roro tersebut. Rocket Rockers adalah band asal Bandung yang sudah 10 tahun malang melintang di scene independen. Setelah ditanya mengapa dinamakan Rocket Rockers, mereka menjawab dulu namanya adalah Immorality President akan tetapi setelah ganti vokalis, mereka melihat-lihat kamus. Nah disana kata Rocket dan Rockers itu berdekatan. Rocket artinya senjata yang meluncur degan pesat, sedangkan Rockers artinya musik rock. Jadi mengapa dinamakan Rocket Rockers yaitu agar musik rock yang mereka pilih itu bisa meluncur dengan pesat seperti Roket. Oh iya, Rocket Rockers mengaku bahwa mereka senang bisa diundang dalam acara Eksbisi Doea di sekolah kita. “Seneng, serasa manggung di kampung Halaman” ujar salah satu personel. Tau ga kenapa mereka bilang serasa maggung di kampung halaman? Yap, karena salah satu personil adalah orang ciamis. Dan ternyata semua personil asli orang sunda loh. Jadi pantas saja ada beberapa pertanyaan saya yang mereka jawab menggunakan bahasa sunda.
            Kalo Indonesia mempunyai sejarah, Rocket Rockers juga punya. Setelah berbincang-bincang dengan Rocket Rockers mereka bercerita bahwa mereka mempunyai kenangan buruk dan kenangan indah ketika manggung. Kenangan buruk yang mereka alami adalah ketika manggung di Makasar dalam acara Sony Music, orang-orang yang menonton tak henti-hentinya meludahi Rocket Rockers hingga akhir manggung. “Ga tau emang ga suka, ga tau itu adalah salah satu cara mereka menikmati musik kami. Yang pasti setelah kita manggung, kita langsung muntah-muntah ga kuat nahan baunya” pengakuan sang vokalis. Tapi sobat, Rocket Rockers juga mempunyai kenangan indah yang menurut mereka tak akan pernah terlupakan. Yaitu ketika konser 10 tahun Rocket Rockers  yang dilaksanakan di Bandung direkam dengan beberapa kamera dan dibuatkan DVD Konser Pertama di Indonesia. Yang special di konser tersebut adalah ditonton oleh Orangtua para personel yang tak pernah terjadi sebelumnya, suatu kebanggaan tersendiri bagi personel Roro ditonton oleh Orangtua tercinta mereka. Keasyikan ngobrol sama Roro jadi lupa kalo mereka harus segera meningglkan Ciamis karena esoknya mereka harus manggung lagi di Bandung, Lusa di Bogor, sampai akhir tahun ini jadwal mereka full sampe ke Bali (Alhamdulillah). Dan rencananya, bulan Januari nanti Rocket Rockers akan Perform di Filiphine. Wooow, keren ya?
Oke sobat, ga lupa saya juga meminta pesan kepada Roro untuk Sekolah kita dan MIKS tentunya.
Pesan untuk SMA 2 CIAMIS : “Terus bikin acara-acara seperti ini sebagai pengalaman berorganisasi”
Pesan untuk MIKS : “Cari berita yang benar-benar real, jangan dibuat-buat. Dan terus gali berita-berita”.

Perubahan bisa terjadi Kapan dan Dimanasaja (CERPEN)


            Aku adalah aktifis muda, umurku 16 tahun dan masih duduk di kelas 2 SMA di salah satu SMA faforit di Jakarta. Sejak kecil aku diajari tentang keagaman, bahkan setiap hari aku mengikuti pengajian bersama teman-teman sekitar rumahku. Aku senang mempelajarinya, aku senang ketika aku selalu dipilih untuk membacakan beberapa ayat suci Al-Qur'an. Sejak aku kelas 3 SD aku tak pernah bolos mengaji kecuali jika aku sedang sakit. Aku senang mengetahui perjuangan-perjuangan para Pejuang Islam di jaman Nabi, aku juga senang ketika setiap minggu ada pembelajaran tentang tajwid. Dulu pengetauanku tentang Agama Islam sungguh banyak, hingga aku tak bisa menghitung sudah berapa banyak ilmu yang berada di otakku. Aku sangat senang ketika aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru agama disekolahku, aku juga bisa menghafal surat-surat pendek setiap harinya hingga aku terbiasa membacanya ketika shalat 5 waktu. Tapi kini apa yang terjadi padaku? aku berubah, aku tak seperti dulu, aku bukanlah lagi gadis cilik yang solehah, yang tak pernah meninggalkan mengaji bersama teman-temannya. Sejak guru mengajiku meninggal karna penyakit kanker yang dideritanya, aku pun berhenti untuk mengaji, kira-kira ketika aku menginjak kelas 1 SMP. Dan aku menjalani hidup dengan lebih santai, aku tak mempunyai kegiatan lagi, aku adalah siswa OTB (Orang Tak Berorganisasi) Sejak kepergian guru mengajiku akupun kehilagan semangatku, semangat mengetahui lebih dalam tentang islam, semangat mempelajari tajwid, semangat dalam membacakan ayat suci Al-Qur'an, bahkan semangat melaksanakan shalat 5 waktu. Ibu, Ayah, Adik, Kakak, Teman-temanku pun melihat perbedaan itu. Keluargaku heran setiap bertemu denganku. Aku yang tadinya adalah gadis periang sekarang lebih menyukai diam. Kini aku bicara sesuai keperluaku saja, bahkan jika ada seorang teman menyapaku, aku lebih suka menjawabnya dengan senyuman. Cukup, jangan tanyakan mengapa aku menjadi seperti ini ! Kumohon, aku tak bisa menjawabnya ! Aku tak tahu jawabanya ! Yang aku tahu, aku hanya ingin sendiri. Hingga suatu pagi ibuku membangunkanku dengan kecupan di dahiku, lalu berkata dengan lembut,
"Teteh, bangun teh.. Siang, shalat subuh dulu sayang,"
"Ini kan masih jam setengah 5 pagi bu, nanti saja. Lagian jarak dari rumah kesekolah kan dekat tinggal nyebrang jalan raya doang,  jadi berangkat jam 7 kurang 5 menit pun tak apa, nanti saja jika sudah pukul setengah 6 aku akan bangun." jawabku dengan nada malas. Seperti itulah kebiasaanku menjawab setiap kali ibu membangunkanku di waktu subuh. Sejak perubahan yang aku alami, keluargaku tak berbuat apa-apa, mereka tak bertanya apa yang menyebabkanku menjadi seperti ini, mmereka hanya diam melihat aneh terhadapku. Dulu aku selalu bangun sebelum adzan subuh berkumandang, dan aku selalu membantu ibuku memasak, membersihkan halaman rumah, atau membereskan yang harus dibereskan. Ibu sangat menyayangiku, ia selalu mengecup dahiku ketika hendak membangunkanku dari tidurku. Aku juga menyayanginya, aku selalu bergegas jika ia menyuruhku, aku tak pernah membantahnya. Tapi apa yang aku lakukan kini? aku tak lagi bergegas bangun ketika ia mengecup dahi dan membangunkanku dengan lembut, aku berani menjawab bahkan membantahnya. Aku benar-benar telah berubah.
              3 tahun kulalui dengan keadaan seperti ini, aku tak punya teman dekat seperti yang lainnya, aku tak punya kekasih hati seperti teman-teman perempuanku yang lain, bahkan aku tak pernah memperhatikan penampilanku, aku seperti orang tak terurus. Aku adalah juara kelas setiap tahunnya, 3 tahun ini aku telah memperoleh bayak piala hasil olimpiade-olimpiade yang aku ikuti. Tapi aku tak seperti mereka yang senang dengan piala-piala dan juara-juara yang diikuti. Aku merasa biasa saja, keluarga dan teman-temanku bangga padaku, tapi aku tak merasa bahagia dengan semua ini, aku tak tau mengapa. Dan setelah 3 tahun aku berada dan berhasil membawa nama baik sekolah atas berbagai juara yang kuraih, akhirnya harus kutinggalkan dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Sekolah Menengah Atas (SMA) ternama di Jakarta. Setelah melewati masa-masa ospek, aku ditempatkan dikelas X A yang bertempat di ujung dekat wc sekolah. Sekolahku yang baru ini memang sangat besar, dan aku harus berjalan cukup jauh menuju kelasku itu. Seperti biasanya, orang-orang sibuk memperkenalkan diri satu dengan lainnya, tapi aku tidak. Aku lebih memilih diam dikursiku yang terletak di pojok kelas sambil membaca novel, yah memang ini yang biasa aku lakukan ketika waktu senggang. Tak ku sadari ternyata ada seorang teman baruku yang sedari tadi duduk didepanku sambil memperhatikanku, sontak aku kaget ketika aku telah selesai membaca novel dan menutupnya. "Udah selesai baca novelnya?" tanyanya yang membuatku seperti jatuh dari lantai 3
"Daritadi diem mulu baca novel, asik ya novelnya?" tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaannya.
"Kamu bisu?" tanyanya kembali yang membuatku merasa marah.
"Tidak" jawabku dengan lembut.
"Daritadi kuperhatikan kamu diam saja, lihat deh mereka, mereka sedang asik berkenalan satu sama lain, tapi kamu hanya diam"
"Oh, aku juga tahu, tapi aku lebih suka menyendiri"
"Kenapa? lagi ada masalah yah? cerita aja sama aku, siapa tau aku bisa bantu" ujarnya dengan sangat lembut.
"Maaf, tapi aku tak suka ada yang banyak nanya. Sudah kubilang kan kalo aku lebih suka menyendiri, apa kau tak mengerti bahasa manusia?!". Aku menyentak dan pergi meninggalkannya.
 Seketika itu pula suasana kelas menjadi hening karna melihatku yang tiba-tiba marah hingga memukul meja. Aku sudah tak peduli dengan puluhan pasang mata yang melihatku dengan tatapan aneh. Aku pergi menuju perpustakaan, aku tahu bahwa perpustakaan disekolah ini adalah tempat yang sangat dihidari para siswa yang bersekolah disini, karena mereka tak suka membaca. Mereka lebih suka nongkrong di kantin sambil menggosip atau untuk sekedar mencari perhatian kepada cowo-cowo ganteng atau cewe-cewe cantik. Aku suka perpustakaan karena selain nyaman juga tidak berisik seperti keadaan di kelas, atau kantin. Seketika, ketika aku membaca buku yang aku ambil dari tumpukan buku sastra, aku teringat seseorang, yah seseorang, pria itu entah siapa namanya yang tadi sudah kubentak.
"Apa aku tadi keterlaluan ya? Mungkin niat pria itu baik, ia hanya ingin berkenalan dan mungkin menghkawatirkanku karna aku diam saja. Tapi aku malah memarahinya? jahat banget ya aku? Aku harus meminta maaf padanya, tapi apa dia mau memaafkanku?" bingungku dalam hati.
Bel berbunyi yang menandakan bahwa waktu istirahat telah habis. Aku bergegas pergi menuju kelasku dengan masih memikirkan apa yang harus aku lakukan nanti terhadap pria itu?. Setibanya dikelas, aku melihat seluruh penghuni kelas itu melihatku dengan tatapan aneh, aku tak menghiraukan mereka, pandanganku tertuju pada bangku pria yang tadi telah kubentak, ketika kulihat ia tersenyum kepadaku. "Hah? dia senyum? padahalkan tadi dia udah aku bentak?" gumamku dalam hati yang kebingungan karna senyuman itu, tak hanya bingung, aku juga menjadi salah tingkah dibuatnya, apa yang harus kuperbuat dengan senyuman itu? cuek atau senyum kembali? aaah aku benar-benar menjadi salah tingkah. Aku benar-benar tak tau mengapa aku menjadi seperti ini, aku tak pernah seperti ini sebelumnya, aku adalah orang tercuek walaupun ada yang pernah sakit karnaku atau menyukaiku. Aku tak pernah salah tingkah oleh sebuah senyuman. Tuhaaaan mengapa aku ini?. Hari pertama sekolah disekolah ini lumayan, tapi aku masih terpikir pria tadi. Sebenarnya siapa dia? mengapa dia melakukan ini padaku, aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Aku masih merasa sangat bersalah karna telah membentaknya, aku ingin sekali meminta maaf padanya. Aku berniat untuk meminta maaf besok disekolah. Malam ini hatiku tak tenang, aku benar-benar tak mengerti sebenarnya mengapa aku ini?
                Pagi sekali aku telah pergi kesekolah, setibanya di kursiku. Aku menemukan sesuatu di atas meja, ya itu surat. Perlahan kubuka surat yang terbungkus oleh amplop merah jambu itu, kubaca dalam hati.
To : Dinda
            Assalamu’alaikum dinda.. Maaf ya kemarin aku membuatmu marah. Aku hanya ingin berkenalan denganmu dan aku ingin menjadi temanmu, tapi mungkin aku salah bicara padamu kemarin. Maafkan aku ya cantik J
                                                                                                                                                  By : Romi
Dag, Dig, Dug, Dor, Dung, Pak, Cessss.. Seperti itulah kira-kira perasaanku setelah membaca surat dari Romi. Heh? Romi? Jadi nama pria itu Romi? Di dalam surat ini dia bilang aku cantik? Aku cantik? Ya Tuhan……… Aku merasa sangat senang. Tapi aku masih merasa bersalah, aku yang salah ko malah dia yang minta maaf? Pokonya  aku harus cari dia, dan minta maaf atas kejadian kemarin! Pagi gini disekolah masih sepi, aku saja sendiri dikelas, tapi jika surat ini ada sebelum aku datang, pasti dia sudah ada sejak pagi sekali. Tapi kok tasnya tak disimpan dikelas? Hmm, aku pergi ke kantin tapi tak kutemukan sosok pria tinggi yang mempunyai hidung mancung itu. Kucari ke perpustakaan pun tak menemukannya, di WC, ga ada juga. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kelas dan menunggu sampai ia datang. Aku berjalan tunduk menuju ke kelas karena kecewa tak menemukan orang yang telah membuatku seperti ini. “Dorrrr!!!! Hehe :D” tiba-tiba aku terbelalak kaget ketika akan memasuki kelas, rasanya aku ingin marah karena jantungku yang hampir copot. “Ish, kenapa sih bisanya ngagetin doing?” kesalku dalam hati. Tapi aku ingat dengan niatku semalam, bahwa aku akan meminta maaf padanya dan aku juga ingat dengan surat merah jambu itu. Entah kenapa setiap aku ingat surat merah jambu itu aku selalu ingin tersenyum.
“Hey! Ngelamunin apa hayoooo???” Romi menepuk pundakku yang membuatku sadar dari lamunan itu.
“Hah, apa? Kenapa?” tanyaku kebingungan.
“itu kamu ngelamunin apa sampe senyum-senyum sendiri? Ngelamunin aku yaa?? Hihi, udah ah ga usah dilamunin. Jadi malu aku” ujarnya dengan rasa Percaya Diri.
Tiba-tiba saja wajahku memerah ketika Romi berkata seperti itu, “Hah? GR banget sih! Minggir aku mau lewat!” kataku dengan jutek menghalangi wajah yang memerah.
“Hey cantik! Kau belum menjawab permintaan maaf dariku” ucapnya lagi.
Langkahku terhenti, dan aku membalikan badanku. Lalu aku tersenyum padanya sambil berkata “Dimaafin ko, maafin aku juga ya udah marah-marah ga jelas sama kamu” jawabku dengan senyuman tulus diwajah.
“Subhanallah, kau benar-benar cantik” ucapnya dalam lamunan, ketika melihat wajahku tersenyum.
“Hah? Kau bilang apa Rom?” tanyaku penasaran dengan apa yang ia ucapkan barusan.
“Oh, e e e engga ko gak apa-apa hehe. Makasih ya udah mau maafin aku”
“Iya sama-sama” jawabku lagi diiringi kembali dengan senyuman.
            Hari ini aku tak bisa memperhatikan pelajaran dengan serius, aku terus tersenyum karena aku selalu teringat dengan surat merah jambu dan kejadian tadi pagi di depan kelas. Hingga akhirnya el pulang berbunyi pun tak terdengar. Aku terus melamun, untung teman sebangkuku mengingatkanku.
***
            Sepertinya ia berbeda, semenjak kejadian itu aku menjadi sahabat seorang Romi yang terkenal dengan ketampanan dan kecerdasannya. Dikelas kami menjadi saingan, karena kami sama-sama ingin menjadi yang terbaik. Kami selalu bersama-sama, ketika istirahat, pulang sekolah, bahkan hendak kesekolah pun Romi selalu menjemputku kerumah, bahkan Romi sering datang kerumahku untuk sekedar belajar bersama atau untuk mengerjakan tugas. Orang lain menyangka kalau kita itu pacaran, tapi aku selalu menyanggah anggapan seperti itu. Dan dengan hadirnya Romi dihidupku pun aku mulai merasa kembali seperti Dinda dimasa kecil, karena aku kembali menjadi seorang gadis yang periang, mudah tersenyum, dan sekarang aku menjadi seorang aktifis muda disekolah baruku ini. Aku mengikuti banyak ekstrakulikuler yang ada disekolah ini, dan karna banyaknya organisasi yang aku ikuti, aku mempunyai banyak teman, hal yang tak pernah aku rasakan setelah menginjakkan kaki di SMP. Semenjak perubahanku ini, keluargaku mulai kembali menatapku aneh. Mungkin mereka bingung apa yang membuat aku kembali seperti seorang Dinda 3 tahun lalu, Dinda yang selalu bangun sebelum adzan subuh berkmandang lalu membantu ibu memasak, membereskan rumah, bahkan menyiram tanaman. Keluargaku senang dengan kembalinya aku seperti dulu, mereka tak menyangka aku bisa kembali seperti semula.
            Beberapa organisasi yang aku ikuti sangat senang aku jalani, bahkan ada salah satu organisasi yang aku ikuti juga diikuti oleh Romi yaitu ekstrakulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja). Setelah lama aku menjalani hari-hariku dengan kesibukan disekolah aku tetap menjadi juara kelas. Aku tetap mencoba mempertahankan prestasiku dibalik kesibukanku. Romi adalah peringkat ke2 setelahku, ia memberiku selamat ketika kenaikan kelas. Aku senang dengan hasil yang kudapatkan, karna aku bisa menunjukkan jati diriku yang sebenarnya, dan aku bisa membuktikan bahwa dengan kepandaian memanaje waktu atau membagi waktu. Sekarang aku menjadi kelas XI IPA 1 dan kalian tidak boleh berpikir negative jika aku bilang bahwa aku sekelas lagi dengan Romi. Aku senang sekali, aku merasa Romi adalah seseorang yang Tuhan kirim untuk memberikan perubahan baik terhadapku.
            Aku selalu aktif dalam organisasi yang aku ikuti. Mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat orang lain, memberikan saran telah menjadi kebiasaanku. Mereka bilang bahwa aku adalah wanita cantik dan cerdas, aku hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada mereka. Kini hidupku serasa lebih indah dan lebih bermakna, rasanya tak ada waktuku yang terbuang sia-sia lagi. Oh iya, sekarang juga aku menjadi sering shalat dan tak pernah meninggalkannya. Aku merasa sangat berdosa ketika aku mengingat betapa bodohnya aku 3 tahun lalu tak pernah menjalankan perintah-Mu. Aku menangis, aku berdo’a, dan aku mengucap syukurku pada-Mu karna telah mengembalikanku kejalan-Mu.
            Aku merasa sangat nyaman dengan hidupku sekarang. Aku tak lagi merasa sendiri, aku mempunyai sahabat seperti Romi, dan banyak teman yang peduli dan saying padaku. Aku juga merasa semakin dekat dengan keluarga yang selama 3 tahun lalu aku diamkan mereka. Akupun teringat dengan guru mengajiku ketika aku kecil, mungkin ini sebagian do’a yang ia sampaikan pada Tuhan untukku. 4 tahun tak menjiarahi kuburan Ibu Rani guru mengajiku, dan sekarang aku berniat untuk mengunjunginya. Aku datang ke kuburan Almarhuman bersama Romi sembari berdo’a untuk beliau dan aku mengucapkan terimakasih atas semua ilmu yang pernah beliau berikan kepadaku semasa hidupnya. Setelah itu, aku pergi untuk pulang sambil tersenyum melihat tempat peristirahatan beliau, karna aku yakin ia sedang tersenyum disana.
Untuk hidupku kini aku ingin berterimakasih kepada keluarga dan teman-temanku yang bisa mengertiku, untuk Romi yang telah membuatku berubah menjadi lebih baik, untuk Bu Rani guru mengajiku yang telah memberikan banyak ilmunya dengan penuh kesabaran, dan untuk Allah SWT yang telah memberiku orang-orang hebat seperti mereka. J